Tadi pagi, dapat insight untuk melatih intention, menggunakan tehnik yang ada di buku Smart Healing dan Science of Miracle. Namun kali ini intentionnya menggunakan awareness.
Saat di taxi, dalam perjalanan menuju Pacific Place untuk makan siang, saya membuka facebook. Muncul pertama di timeline postingan seorang teman. Lokasinya di rumah sakit. Fotonya bersama suaminya, dengan caption mengucapkan basmallah dan hamdalah. Sesuatu di dalam diri saya membuat saya akhirnya mengirim pesan WA kepada beliau. Pesan saya, semoga operasinya berjalan lancar, sesuai dan selaras.
Tidak berapa lama, beliau membalas wapri saya, kaget karena saya mengetahui bahwa ia akan operasi, padahal ia tidak pernah mengabarkan sebelumnya tentang hal ini.
Saat taxi sudah dekat Pacific Place, seperti biasa, saya turunnya di lobi utara. Di depan lobi utara ini, biasanya banyak taxi yang antre menunggu penumpang. Saat itu terbersit di pikiran, alangkah lebih baik bila sopirnya ngetem di situ, agar segera dapat narik lagi.
Saat sudah dekat mal tersebut, tiba-tiba sopirnya minta ijin untuk masuk dalam antrean dan tidak menurunkan saya di pintu lobi, karena bila ia menurunkan saya di pintu lobi, itu artinya ia harus memutar lagi agak jauh, agar bisa masuk antrean. Tentu saya mengijinkan, karena memperlancar rejeki orang lain, pastinya akan memperlancar rejeki kita.
Agak kaget memang, bukan karena harus jalan sekitar 20 meter dari antrean ke pintu lobi, tapi menyadari apakah yang tadi terbersit di pikiran adalah intensi saya yang membuat sopir tersebut ngetem, atau saya mendapatkan intuisi apa yang akan terjadi kemudian.
Tak berapa lama saya sudah duduk di restoran Marco. Ini adalah restoran Padang favorit saya. Restoran ini cuma ada di Pacific Place. Rendang Hitam, Soto Padang dan kopi Hitam jadi menu saya siang ini. Saat sedang menikmati kopi, tiba-tiba saya teringat pasien yang akan saya visite siang ini. Dua hari yang lalu saya menjanjkan membawakan buku saya Smart Healing, karena beliau tertarik untuk belajar tentang penyembuhan. Namun kali ini, saat terbayang wajah beliau, saya merasakan ruang kosong yang sangat luas. Empty void. Mirip dengan yang saya rasakan saat dalam deep meditation.
Dan saya mendapatkan jawabannya saat saya berjumpa dengan dokter jaga ruangan tempat beliau di rawat. Ternyata tadi pagi beliau sudah berpulang. Dokter jaga tidak sempat memberitahu saya, karena pagi itu hectic sekali. Innalillahi wa inna ilaihi raji`un.
Sepertinya, tehnik yang tadi pagi saya lakukan untuk intention, justru mengaktifkan intuisi. Intuitive awareness.
Nafas 6-6. Just be. Just Wait
Wow… Luar biasaa
terima kasih bu
Masya Allah….. terima kasih atas sharingnya pak Dokter…..
Keren sekali dok pengalamannya. Apakah kita memang perlu mengaktifkan intuitive awareness atau justru sebenarnya belajar menyadari keberadaan intuitive awareness? Menyadari pikiran pertama yang masuk itu apa ya…seringkali terlupakan karena tertumpuk puluhan pikiran susulannya? Ini penting sih buat saya yang suka menclok sana sini. Ga bisa konsentrasi penuh ketika terlalu banyak tanggung jawab sekaligus yang saya pegang
Setiap kali kita merasa penuh, step back sesaat. Perhatikan nafas. Anggap segala pikiran itu seperti film yang berputar di layar bioskop. Kalau atensi kita terlibat full di dalam filmnya tentu saja akan terasa penuh. perhatikan nafas, step back, be the watcher
sama sama teh
Thank you very much Doctor Santo, selalu mengingatkan kami bahwa potensi yang kita miliki ini hebat, luar biasa, ALLAH telah memberi kesempurnaanNYA pada kita untuk lebih bermanfaat
terima kasih teh Alina