Saya mau bercerita sedikit tentang Power of Nafas 6-6. Tadi pagi, seperti biasa, tepat jam 7 ada WA masuk dari Kamar Operasi. Rutin. Tanya apakah pasien boleh dipanggil untuk rencana operasi jam 8 pagi. Oke, ketik saya.
Setengah jam kemudian, tiba-tiba ada telepon masuk. Dari kamar Operasi. Hmm, ada apa ini, tumben, pikir saya, karena mereka tahu bahwa saya selalu on time, jadi tidak perlu telpon telpon saya lagi.
“Dok, kata suara di seberang sana, ijin mau lapor “
“Ada apa?”
“Ini dok, alat irigasi yang mau buat operasi, sedang di maintenance, baru selesai nanti sore”
Kalau kejadian ini terjadi 10 tahun yang lalu, kira kira akan terjadi interaksi seperti ini, interaksi di dalam pikiran saya dan interaksi saya dengan petugas kamar operasi tersebut.
Pikiran 1: Apa!!! (Kaget) – Karena tahu alat ini sangat vital. Tanpa alat ini, tidaklah mungkin saya melakukan operasi
Pikiran 2 : Kenapa bisa begitu (Marah) Kan operasi ini sudah terjadwal dari kemaren, kenapa baru kasih tahu setengah jam sebelum operasi?
Pikiran 3 : Gimana cara kasih tahu pasiennya ya (Cemas/takut) Mau diundur, kan ngga profesional kalau kayak gini
Pikiran 4 : Saya Marah à Saya adalah Marah (Identitas)
Feeling : Emosi marah muncul sebagai reaksi/tanggapan terhadap pikiran 4
Aksi : Membentak petugas yang menelpon – sebagai reaksi terhadap feeling/emosi yang muncul
Dulu, proses inilah yang biasanya berlangsung, untuk suatu keadaan yang kira-kira mirip dengan kejadian yang saya alami tadi pagi. Saat itu saya belum tahu, bahwa sebenarnya pikiran-pikiran itu muncul bergantian, dan independent, alias tidak bergantung satu sama lain.
Saat pikiran 2 muncul, secara neuroscience (ilmu yang mempelajari kerja system syaraf), pikiran 1 sebenarnya lenyap dan pikiran 3 belum muncul. (Meskipun kita bisa berpendapat bahwa pikiran-pikiran ini ada di dalam memori, namun faktanya adalah dalam satu waktu, tidak mungkin ada 2 pikiran yang menjadi atensi kita)
Pikiran pikiran ini muncul secara RANDOM/ACAK, berdasarkan kebiasaan atau informasi yang ada di dalam database saya. Tidak salah memang jika anda berpikir bahwa Pikiran 1 disebabkan oleh informasi di telpon, atau dengan kata lain, pikiran 1 adalah akibat dan informasi itu adalah sebab. Atau pikiran 3 adalah sebab dan pikiran 4 adalah akibat. Hal ini tidak terelakkan. Kita selalu berpikir sebab akibat, karena pikiran kita bergerak secara linear.
Karena kebiasaan berpikir linear, sebab-akibat, maka akan muncul kesimpulan bahwa Saya Marah, akibat Alat Irigasi tidak ada. Saya tidak bisa melihat bahwa Saya Marah dan Alat irigasi tidak ada, adalah dua kejadian random yang kebetulan terjadi.
Dulu saya berpikir, bahwa saya lah yang memutuskan dan memilih pikiran-pikiran saya. Tapi kalau benar saya yang memutuskan dan memilih pikiran-pikiran saya – bukan pikiran-pikiran itu muncul secara RANDOM/ACAK –seharusnya hidup saya akan selalu bahagia, damai dan sejahtera.
Apapun peristiwa yang terjadi di “luar sana” – bila benar saya yang memutuskan dan memilih pikiran-pikiran saya – tidak akan pernah menjadi masalah atau persoalan, tidak akan pernah bisa membuat saya marah, sedih atau depresi, karena saya pasti akan selalu memilih pikiran yang bahagia, damai dan menyenangkan, bukan?
Saya juga dulu tidak tahu bahwa setiap pikiran yang muncul, akan selalu diikuti dengan lepasnya hormon dan ribuan senyawa kimia di dalam tubuh, yang sangat mempengaruhi kinerja dari sel, organ dan sistem tubuh. Kalau anda pernah mendengar sebuah cabang ilmu Psycho-Neuroimunology, kekuatan pikiran bisa membuat tubuh sakit atau menyembuhkannya, prinsip inilah yang dipakai.
Tidak pernah terpikir juga oleh saya dulu, bahwa feeling atau emosi yang muncul, bukanlah respon terhadap peristiwa yang terjadi. Feeling atau emosi adalah respon tubuh terhadap pikiran yang muncul sebagai reaksi terhadap sebuah peristiwa yang terjadi. Feeling atau emosi adalah respon terhadap lepasnya hormon dan ribuan senyawa kimia di dalam tubuh.
Saat menyadari hal ini, maka SAYA MARAH hanyalah sebuah pikiran yang muncul di dalam kesadaran saya. Saya adalah Marah, bukanlah identitas saya. Lebih tepatnya adalah saya menyadari pikiran marah muncul dalam kesadaran saya.
Dan kalau kita pahami lebih dalam lagi, seluruh pikiran-pikiran ini hanya bisa muncul di dalam kesadaran, maka saat pikiran 1 tercetus dan saya menyadarinya, maka pikiran itu secara otomatis akan luruh dengan sendirinya. Pikiran-pikiran random/acak berikutnya pun tidak akan muncul. Hanya ada keheningan kesadaran.
Saat dalam keheningan kesadaran, tanpa pikiran-pikiran yang loncat sana loncat sini, respon tubuh adalah Peace, Love dan Happiness.
“Ini dok, alat irigasi yang mau buat operasi, sedang di maintenance, baru selesai nanti sore”
Sekarang respon saya untuk berita yang saya peroleh dari petugas kamar operasi seperti ini. Saya melakukan nafas 6-6. Menyadari Nafas ini – being aware. Menyadari yang menyadari nafas ini – being aware of being aware. Dan Just Be. Just Wait.
Kalau anda tanya apa yang saya tunggu? Saya juga tidak tahu. Yang jelas adalah, jawaban apapun yang berasal dari database atau memori saya, tidak akan membereskan kejadian ini. Saya tetap melakukan nafas 6-6, being aware of being aware dan Just Wait.
Lima menit sebelum saya tiba di rumah sakit, telepon saya kembali berbunyi. Saya pikir ini dari kamar operasi, ternyata adik kelas saya yang telpon. Dia tanya apakah saya bisa menggantikannya presentasi besok siang. Tiba tiba saya sadar bahwa rumah sakit tempat ia praktek tepat di dekat rumah sakit tempat saya praktek.
Setelah saya sanggupi untuk presentasi besok siang, saya tanya apakah bisa pinjam alat irigasi, bila ia tidak sedang memakainya. Karena kebetulan saat itu alat sedang tidak dipakai, ia mempersilahkan saya untuk meminjam alat tersebut.
Just Be. Just Wait. Dan segala sesuatunya akan selalu sesuai dan selaras.
Berada dalam state sadar itu memang luar biasa ya, Dok…..
Terima kasih telah berbagi
Terima kasih teh Ipay
Keren. Mmg napas 6-6 sungguh powerfull. Thx Dr Erbe.
Terima kasih bu
Istimewa
terima kasih bu
Semangat latihan nafas 6-6.. keren, Dok
Terima kasih bu
Wah super keren, alam semesta begitu mendukung semua, sy selalu memakai nafas 6-6 serial ada sesuatu buat tidak nyaman, Alhamdulillah. Maaf dokter kalau sy jarang comment sy selalu ngikuti/baca apa yg ada digroup semua
Alhamdulillah. terima kasih bu
Sebuah enlightenment yg mengingatkan siapa kita dan bagaimana kita sebagai manusia yg harus “aware”.
Makasih dr Santo
Terima kasih bu
Keren amat pengalamannya, dok… Mana penantiannya ga terlalu lama…
Memang benar, ketika sudah “kalah” terlebih dahulu, ga bakal terpikir apapun untuk solusi masalah….adanya hanya emosi
Siap bu Retty. Kadang saat “menunggu” bisa cepat atau lama. Yang penting saat menunggu kita tetap relaks dan aware
Bagi org pada umumnya inilah yg dikatakan “kebetulan” dan sy mengartikan bahwa seberti itulah proses terjadinya suatu yg dikatakan “kebetulan” ? Entah benar atatau salah pemahaman saya)
Betul pak Theo, “kebetulan”. Kalau kita sering melatih nafas 6-6, akan banyak “kebetulan” yang datang dalam hidup kita